Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

bahan ajar teknologi mekanik, Essays (university) of Mechanics

Reamer (Peluas) adalah alat potong untuk memperbesar dan memperhalus permukaan lubang yang telah kita siapkan sebelumnya. Lubang hasil pengeboran kadang-kadang hasilnya masih kasar atau saat hendak dimasukkan batang atau benda pasangannya tidak cukup longgar (sesak), maka untuk mengatasi hal seperti ini diperlukan adanya perluasan lubang menggunakan alat reamer. Untuk mendapatkan ukuran yang pas maka pekerja sebaiknya mengebor dengan ukuran 0,1 – 0,5 mm lebih kecil dari diameter lubang yang tela

Typology: Essays (university)

2019/2020
On special offer
30 Points
Discount

Limited-time offer


Uploaded on 07/05/2020

DaviqSabillil
DaviqSabillil 🇮🇩

4.9

(6)

9 documents

Partial preview of the text

Download bahan ajar teknologi mekanik and more Essays (university) Mechanics in PDF only on Docsity! BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya BAB/TOPIK : Reamer/Peluas SUB BAB/SUB TOPIK : Pengertian, Macam-macam, bagian- Peluasan, langkah-langkah peluasan. ALOKASI WAKTU : 2 Jam / Minggu SEMESTER : 1 (satu) Capaian Pembelajaran  Mahasiswa mampu dan memahami pengertian reamer/peluas  Mahasiswa mampu dan memahami macam-macam reamer/peluas  Mahasiswa mampu dan memahami bagian dari reamer/peluas  Mahasiswa mampu dan memahami dan langkah2 peluasan. Deskripsi Reamer atau peluas adalah alat yang digunakan untuk mempeluas dan memperhalus lubang. Macam-macam peluas ada dua macam, yaitu peluas tangan dan peluas mesin, Sebelum melakukan tahapan peluasan pada benda kerja terlebih dahulu dilakukan pengeboran. Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 1 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I REAMER/ PELUAS 1.1 Pengertian Reamer Atau Peluas Reamer (Peluas) adalah alat potong untuk memperbesar dan memperhalus permukaan lubang yang telah kita siapkan sebelumnya. Lubang hasil pengeboran kadang-kadang hasilnya masih kasar atau saat hendak dimasukkan batang atau benda pasangannya tidak cukup longgar (sesak), maka untuk mengatasi hal seperti ini diperlukan adanya perluasan lubang menggunakan alat reamer. Untuk mendapatkan ukuran yang pas maka pekerja sebaiknya mengebor dengan ukuran 0,1 – 0,5 mm lebih kecil dari diameter lubang yang telah ditentukan kemudian diperluas menggunakan reamer. Banyaknya bahan yang dilepas oleh peluas lubang tergantung pada ukuran lubang danbahan yang dipotong, 0,38 mm adalah rata-rata yang baik. 1.2 Macam-macam Reamer atau Peluas A. Peluas Tangan (Hand reamer) Sebuah alat untuk membesarkan lubang tangan yang lebih lancip lagi atau memimpin (seperti mata bor) di depan dari pada membesarkan lubang mesin. Hal ini untuk mengimbangi kesulitan untuk memulai sebuah lubang dengan kekuatan tangan saja. Hal ini juga memungkinkan alat untuk membesarkan lubang untuk memulai lurus atau spiral dan mengurangi resiko kerusakan. Peluas Tangan mempunyai tipe Tangkai Segi Empat Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 2 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya 1.5.Peluas Tangkai silinder  Tangkai ; adalah bagian dari peluas yang dicekam.  Badan ; adalah bagian dari peluas yang mempunyai beberapa pisau dengan alur diantaranya alur yang mungkin lurus dan sepiral.  Pengarah ; Berguna Untuk ; Memelihara ukuran yang tetap, Memperhalus Permukaan, Memberi ukuran yang baik.  Kepala ; adalah bagian yang memotong dalam perluasan. 1.4 Langkah – langkah Peluasan Lubang Silinder  Persiapan Lubang atau Pengeboran Untuk mendapatkan lubang ketelitian yang tinggi dan permukaan yang halus harus diperhatikan ukuran dalam atau diameter dalam waktu pengeboran.  Persink Setelah dibor dengan ukuran yang sudah ditentukan, lubang harus sepusat dengan sepindel mesin.  Pemasangan Peluas  Pilih Peluas yang benar – benar baik,  Periksa sisi potong dan sisi melingkarnya,  Bersihkan tangkai dan lubang tirus pada spindel mesin/cak,  Lubang harus sepusat dengan sumbu spindel mesin,  Pasang peluas,  putar spindel mesin dan periksa bahwa peluas tidak goyang.  Mengatur Kecepatan Potong.  Peluasan. Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 5 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya Soal Latihan Bab I. 1. Sebutkan dan jelaskan kegunaan peluas ! 2. Sebutkan dan jelaskan macam-macam peluas ! 3. Sebutkan dan jelaskan kegunaan bagian-bagian dari peluas ! 4. Jelaskan langkah-langkah dalam melakukan peluas lubang ! Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 6 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya BAB/TOPIK : Mesin Gerinda Presisi SUB BAB/SUB TOPIK : Macam2 mesin gerinda, bagian2 utama Mesin gerinda, Roda Gerinda, Pembuatan Roda gerinda, Tingkat Kekerasan Roda, Susunan Butiran Bahan Asah, Bentuk Klasifikasi dan Spesifikasi Roda Gerinda ALOKASI WAKTU : 2 Jam / Minggu SEMESTER : 1 (satu) Capaian Pembelajaran  Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami macam2 mesin gerinda,  Mahasiswa mampu menjelaskan bagian utama mesin gerinda.  Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan roda gerinda  Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tingkat kekerasan roda gerinda  Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan susunan butiran bahan asah  Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan bentuk, klasifikasi dan spesifikasi roda gerinda Deskripsi Macam-macam mesin gerinda presisi; mesin gerinda permukaan rata, mesin gerinda silindris & mesin gerinda alat-alat potong. Bentuk roda gerinda banyak macamnya tergantung dari penggunaannya. Bahan utam roda gerinda terdiri dari butiran bahan asah dan perekat. Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 7 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya 2.2. Mesin Gerinda Silindris 3. Mesin Gerinda Alat-Alat Potong Mesin gerinda jenis ini hanya digunakan untuk pekerjaan presisi, yaitu untuk menajamkan (mengasah) berbagai jenis cutting tool seperti mata pahat bubut, mata bor dan lain-lain. Mesin ini juga digunakan untuk memperhalus (finishing) bentuk silinder, internal, taper dan surface dari benda kerja yang membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi. 2.3. Mesin Gerinda Alat-Alat Potong 2.2 Bagian-bagian utama mesin gerinda silindris sederhana 1. alas mesin (bed) 2. meja (table) 3. kepala (tailstock) 4. kepala gerinda (wheelhead) 5. unit pengendali (control unit) 6. unit pendingin (coolant unit and fitting) 7. baut penyetel kedataran (leveling bolt) Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 10 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya 2.3 Roda Gerinda a.Unsur-Unsur Roda Gerinda Bahan utama dari roda gerinda adalah : 1.Butiran bahan asah 2.Perekat (bond) 1. Butiran Bahan Asah a. Jenis Bahan Asah Butiran bahan asah dibedakan menjadi 3 bagian : 1. Oksida Aluminium ( Aluminium Oxide ) 2. Karbida Silisium ( Silicon Carbide ) 3. Intan ( Diamond )  Oksida Aluminium Bahan asah ini terbuat dari bauksit, untuk mengerinda bahan seperti : baja, besi kasar, besi tempa, baja perkakas, dll. Tingkat kekerasan butiran bahan asah ini termasuk paling lunak. Kode bahan asah ini, yaitu : a. A ; adalah kode roda gerinda yang banyak digunakan untuk mengerinda/mengasah alat-alat potong. b. 32A dan 25A ; adalah kode roda gerinda untuk mengasah baja kenyal dan alat-alat potong. c. 23A ; adalah kode roda gerinda untuk mengasah dengan hasil ukuran yang presisi sekali.  Karbida Silisium Karbida silisium merupakan bahan asah yang sangat keras dan memiliki sifat sangat rapuh. Digunakan untuk menggerinda bahan-bahan : besi tuang, kuningan, perunggu, tembaga, aluminium, batu, karet, plastik, stainless steel dan sementet carbide. Karbida silisium dibagi 2 : Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 11 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya a. Warna abu-abu ( kode 37 C ), digunakan untuk menggerinda selain karbida silisium. b. Warna hijau ( kode 39 C ), digunakan untuk mengerinda alat-alat potong yang terbuat dari karbida silisium.  Intan Bahan ini terbuat dari diamond ( intan ), merupakan bahan yang paling keras. Digunakan untuk mengasah : keramik, kaca, granit, kuarsa, marmer dan batu permata. 1.Ukuran Butiran Bahan Asah. Semua jenis bahan asah roda gerinda sebelum dibuat menjadi roda gerinda, terlebih dahulu dipilih dan disaring untuk mendapatkan ukuran butiran tertentu sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan besar ukurannya butiran asah dapat dikelompokan menjadi kelompok-kelompok kasar, halus, sangat halus, sampai tepung. 2. Perekat Berfungsi sebagai pengikat butiran-butiran bahan asah agar menyatu dan tidak mudah terlepas dari butiran lainnya. Jenis-jenis perekat : a. Perekat tembikar ( Vitrified ) b. Perekat silikat ( Silicate ) c. Perekat bakelit ( Resinoid ) d. Perekat karet ( Rubber ) e. Perekat embalau ( Shellac ) a. Perekat Tembikar Perekat ini paling banyak digunakan. Sifat dari perekat ini tidak mudah berubah walaupun ada pengaruh dari luar, seperti : air, oli atau perubahan suhu udara sehari-hari. b. Perekat Silikat Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 12 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya 2.5. Susunan Butiran Bahan Asah 2.7.Bentuk-Bentuk Roda Gerinda . Ukuran roda gerinda garis tengah : 6-1000 mm dan tebalnya 6-200mm. Digunakan untuk mengerinda bagian luar dan bagian dalam pada mesin gerinda silindris, permukaan dan mesin gerinda meja. Macam-macam bentuk roda gerinda : 1. roda gerinda lurus 2. roda gerinda silindris 3. roda gerinda mangkuk lurus 4. roda gerinda mangkuk miring 5. roda gerinda tirus dua sisi 6. roda gerinda cekung satu sisi 7. roda gerinda cekung dua sisi 8. roda gerinda piring 9. roda gerinda piring sisi radius 10. roda gerinda bentuk khusus Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 15 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya 2.6. Bentuk Roda Gerinda 2.8 Klasifikasi Roda Gerinda Butiran-butiran roda gerinda berbeda-beda jenisnya dan setiap jenis mempunyai ukuran dan susunan yang bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan. Bahan perekatnya juga berbeda-beda. Indentitas suatu roda gerinda menunjukkan : 1. Jenis bahan asah 2. Ukuran butiran bahan asah 3. Tingkat kekerasan 4. Susunan butiran bahan asah 5. Jenis bahan perekat. Contoh : indentitas roda gerinda 38A36L5VBE B. Mesin gerinda duduk ( bench grinder) Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 16 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya Keterangan lain untuk membantu memilih roda gerinda:  Jenis Bahan Asah A - Aluminium Oxide (oksida aluminium) B – Silicone Carbide ( Karbida silisium) C – Diamon (intan)  Ukuran Butiran Bahan Asah Kasar : 12 14 16 20 24 Sedang : 30 36 45 56 60 Halus : 70 80 90 100 120 Sangat halus : 150 180 220 240 Tepung : 280 320 400 500 800 1200 Ukuran butiran yaitu banyaknya butiran tiap inchi.  Tingkat Kekerasan Sangat lunak : D E F G Lunak : H I J K Sedang : L M N O Keras : P Q R S Sangat keras : T U V W  Susunan Butiran Bahan Asah Rapat : 0, 1, 2, 3 Sedang : 4, 5, 6 Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 17 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya Soal Latihan Bab 2. 1.Sebutkan dan jelaskan macam-macam mesin gerinda presisi ! 2.Sebutkan dan jelaskan macam-macam bentuk roda gerinda ! 3.Jelaskan proses pembuatan roda gerinda ! 4.Jelaskan indentitasdari roda gerinda 36 A 45 M 8 S BE ! 5.Keras lunaknya roda gerinda ditentukan oleh apa ! Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 20 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya BAB/TOPIK : Las Busur Listrik SUB BAB/TOPIK : - Pengertian las busu listrik - Motor Generator Las - Elektroda Las, Pembalut Elektroda Las, - Ukuran Kabel Las, Besar Arus Las, Terak Penutup ALOKASI WAKTU : 2 Jam / Minggu SEMESTER : 1 (satu) Capaian Pembelajaran  Mahasiswa mampu memahami pengertian dari las busur listrik  Mahasiswa mampu membedakan macam-macam generator las dan kelebihan serta kekurangan dari tiap-tiap generator yang digunakan.  Mahasiswa mampu memahami dan membedakan macam-macam jenis elektroda las Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 21 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya  Mahasiswa mampu memahami pembalut elektroda las  Mahasiswa mampu memahami ukuran kabel las  Mahasiswa mampu memahami besar arus las yang digunakan  Mahasiswa mampu memahami terak penutup pad alas busur listrik Deskripsi Las busur listrik atau umumnya sering disebut las listrik adalah termasuk suatu proses penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Jenis sambungan dengan las Iistrik ini merupakan sambungan tetap. Penggunaan elektroda dan besar arus tergantung dari bahan atau material yang akan dilas. BAB III LAS BUSUR LISTRIK 3.1 Pengertian Las Busur Listrik Las busur listrik atau umumnya disebut dengan las listrik adalah termasuk suatu proses penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Jenis sambungan dengan las Iistrik ini adalah merupakan sambungan tetap. 3.2 Motor Generator Las Motor generator las menghasilkan arus DC yang baik untuk mengelas dengan tegangan yang rendah dan arus yang tinggi. Prinsip : Sebuah motor tiga phasa mengerakkan sebuah generator DC ( Dynamo ) motor dan generator dilengkapi dengan beberapa poros pergerakan. Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 22 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya Skema rectifier las T = Transformator dengan penghubung cabang. G = Bagian rectifier. Keuntungannya : 4. Kebisingan rendah. 5. Setiap type elektroda dapat digunakan dengan mesin ini. 6. Murah dalam pemeliharaan. 7. Busur listrik tenang, dan sedikit bintik- bintik. 8. Mesin las dapat dirubah ke arus bolak-balik atau arus searah. Kerugiannya : 9. Mahal dalam pemeliharaan. 10. Relatif besar dan berat. 11. Busur listrik berdaya tiup lebih kuat. 12. Lebih berbahaya ( hanya untuk pengelasan spesial ) 3.3.Elektroda Las Busur Listrik Elektroda-elektroda las. Elektroda yang digunakan saat ini dapat lebih baik membentuk busur listrik dan kampuh las. Diantaranya juga elektroda karbon; yang hanya membentuk busur listrik ketika habis terbakar; dan elektoda tungsten yang habis terbakar tanpa meleleh didalam busur api. Beberapa elektoda kawat las untuk : baja paduan ringan, baja karbon, besi tuang kelabu dan logam-logam bukan besi. Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 25 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya Elektroda juga digolongkan dalam beberapa jenis elektoda : misalnya untuk : menyambung, memotong, membentuk kembali dan memperkuat permukaan, tergantung pada maksud tujuannya. Jenis- Jenis Kawat Las: Kode Elektroda SMAW Kode Filler Metal GMAW Kode Filler Metal FCAW Filler Metal SAW Kode Kawat Las Shield Metal Arc Welding (SMAW):  Elektroda Mild Steel Misal : E 6010 E: Elektroda 60: Kekuatan Tarik Minimum 60 satuannya KSI (Biasanya ada tipe juga 70 dan 80 misal E 7016, E 7018, E 8010, E8018) 1: Untuk semua posisi pengelasan (Untuk kode lain yaitu 2 (posisi flat dan horizontal) dan 3 (Posisi flat) ) 0: Jenis komposisi kimia dari flux yang nanti juga berpengearuh terhadap penetrasi, arus dan polaritas. Jenis digit keempat ini ada Untuk lebih detailnya lihat gambar di bawah ini. Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 26 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya 3.4.Elektroda Mild Steel SMAW Pengertian Kode Filler Metal Gas Metal Arc Welding GMAW: ER – 70S – 6 E: Elektroda R: Rod (Dapat digunakan untuk GMAW, tanpa flux) 70: Kekuatan tarik minimum KSI (70, 80 90, 100) S: Solid (Jenis elektroda Solid atau tanpa flux) 6: Komposisi kimia, 6: High Silicon 3.5.Elektroda GMAW Arti Kode Filler Metal FCAW (Flux Core Arc Welding): E 71 T 1 E: Elektroda 7: Kekuatan tarik minimum (7, 8, 9, 10 x 10.000 psi) 1: Posisi pengelasan (1: untuk semua posisi, 0: untuk posisi flat dan horizontal fillet) T: Tubular (FCAW) 1: Komposisi kimia (1: untuk baja karbon) Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 27 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya b. Kabel masa, yaitu yang menghubungkan pesawat las dengan benda kerja. c. Kabel tenaga, yaitu kabel yang menghubungkan sumber tenaga atau jaringan lisrtik dengan pesawat las. 3.8..Tabel Kuat Arus 3.6 Besar Arus Listrik Las Busur Listrik Besarnya arus listrik untuk pengelasan tergantung pada ukuran diameter dan macam-macam elektroda las. Tabel Besar arus dalam ampere dan diameter (mm) Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 30 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya 3.9..Tabel Elektroda Keterangan : a. E menyatakan elektroda b. Dua angka setelah E (misalnya 60 atau 70) menyatakan kekuatan tarik defosit las dalam ribuan dengan 1b/inchi² c. Angka ketiga setelah E menyatakan posisi pengelasan, yaitu : - Angka (1) untuk pengelasan segala posisi, - Angka (2) untuk pengelasan posisi datar dan bawah tangan. d. Angka ke empat setelah E menyatakan jenis selaput dan jenis arus yang cocok dipakai untuk pengelasan. Busur Las Listrik. Sebuah busur listrik dihasilkan dalam celah antara 2 buah elektroda dalam bentuk batang logam pengisi dan benda kerja. Maka udara yang bersifat bukan konduktif arus harus dibuat bersifat konduktif arus untuk tujuan pengelasan, hal ini dikerjakan dengan pengionan pada udara. Pengionan terjadi, yang mana udara dijadikan bersifat konduktif arus, yang disusul dengan pemanasan ke temperatur yang tinggi pada benda kerja dan batang kawat las. Hal itu semua terjadi pada saat kontak pertama ( hubungan pendek ) Perbedaan suhu busur listrik tergantung pada tempat titik pengukurannya, misalnya pada ujung elektroda bersuhu 3400 0 C, tetapi pada benda kerja mencapai suhu 40000C. Busur listrik arus searah menghasilkan suhu pada kutub ( + ) positif 4000C – 6000C lebih tinggi dari pada kutub ( - ) negatif. Hal itulah yang menjadi alasan mengapa kutub positif dipasang pada benda kerja. Dengan arus bolak-balik, temperatur busur listrik pada benda kerja juga lebih tinggi daripada ujung elektodanya. Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 31 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya Faktor lain yang penting adalah panjangnya busur listrik adalah sangat mudah untuk mengelas dengan busur listrik yang pendek dari pada menggunakan busur listri yang panjang. 3.10..Busur Elektroda 1. Inti kawat 2. Selaput elektroda 3. Busur listrik 4. Busur api 5. Hasil las-an 6. Tetesan logam dan terak 7. Cairan las 8. Terak las 9. Percikan las 10. Gas pelindung 11. Kawat las 12. Penetrasi las 3.7 Terak Penutup Dalam suatu proses pengelasan; oleh energi listrik dibangkitkan energi panas yang tinggi; menyebabkan kawat las dan pembalutnya meleleh pada saat yang bersamaan; melalui busur listrik cairan itu mengalir dari ujung elektroda ke benda kerja; sedangkan pembalutnya karena mempunyai berat jenis yang ringan akan mengapung diatas logam cairnya dan setelah dingin membeku membentuk terak penutup diatas permukaan kampuh las. Terak penutup yang dibentuk oleh pembalut mempunyai beberapa fungsi, sbb : Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 32 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya Capaian Pembelajaran  Mahasiswa mampu memahami pengertian las asetilin  Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam peralatan las asetilin  Mahasiswa mampu memahami macam-macam busur api las asetilin  Mahasiswa mampu dan memahami perbedaan nyala bailik & nyala letup  Mahasiswa mampu memahami sambungan pengelasan  Mahasiswa mampu memahami posisi pengelasan  Mahasiswa mampu memahami & menjelaskan gerakan2 kawat las Deskripsi Las Asetilin adalah suatu proses pengelasan, dimana panas untuk pengelasan diperoleh dari nyala api hasil pembakaran bahan bakar gas oksigen dengan gas asetilin. Peralatan las asetilin : Regulator, silinder, pembakar, regulator, kaca mata & korek api las, macam-macam busur api las : Netral, karburasi, Oksidasi. BAB IV LAS ASETILIN 4.1 Pengertian Las Asetelin Las Asetilin adalah suatu proses pengelasan, dimana panas untuk pengelasan diperoleh dari nyala api hasil pembakaran bahan bakar gas oksigen dengan gas asetilin. Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 35 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya 4.2 Peralatan Las Asetilin. Peralatan las asetelin adalah perlengkapan peralatan yang digunakan pada saat melakukan pengelasan. Peraltan las asetelin Terdiri dari : 1. Alat pembangkit asetilin atau generator asetilin 2. Silinder. a. Asetilin ( bila tanpa generator ) b. Zat Asam 3. Pengatur tekanan kerja atau Regulator Las a. Asetilin b. Zat asam 4. Pembakar las 5. Selang Las a. Asetilin b. Zat asam 6. Kaca Mata Las 7. Korek Api Las 8. Alat-Alat Bantu lain, seperti : a. Alat-alat gambar dan alat ukur. Mistar ukur baja, siku baja, siku busur b. Untuk Pengerjaan kampuh.Kikir, pahat, gergaji, gerinda, palu, ragum dan Macam-macam penjepit Penjepit –C, tang kombinasi, penjepit universal dll c. Alat-alat keamanan. Kaca mata pengaman, sarung tangan, helm, apron, pakaian kerja dll 1. GENERATOR ASETILIN 1.1 Fungsi Generator asetilin : Dapat membuat gas asetilin dengan cara mencampur karbit ( calcium carbide ) dengan air. CaC2 + 2H2O _ C2H2 + Ca ( OH )2 + kalor Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 36 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya Kalor yang terjadi pada penguraian 1 kg karbit dapat memanaskan 5 kg air dari 0 C - 95 C. Air didalam generator berfungsi sebagai pendingin. Syarat keamanan yang harus dipenuhi sebuah generator adalah : a. Selama dalam pemakaian suhu air tidak boleh lebih dari 60 C b. Suhu gas oksigen yang terjadi tidak boleh mencapai 100 C Bagian-bagian utama sebuah generator asetilin : a. Ruang karbit dan dapur gas atau retor b. Ruang air c. Ruang gas asetilin d. Kunci air atau katup air e. Alat pembersih atau penyaring gas f. Pengukur tekanan gas atau monometer (utk generator tekanan tinggi) g. Alat pengaman bila terjadi tekanan gas melebihi tekanan yang diizinkan 1.2 Macam-macam generator asetilin Menurut sistem pencampur air dengan gas a. Sistem lempar atau sistem celup: Karbit dilempar atau dicelup kedalam air b. Sistem tetes : Dimana air menetes diatas karbit Menurut tekananya . a. Generator asetilin tekanan rendah ( tekanan sampai 0,03 bar ) b. Generator asetilin tekanan sedang ( 0,03 – 0,2 bar ) c. Generator asetilin tekanan tinggi ( 0,2 – 1,1 bar ) 1.3 Prinsip Kerja Generator Generator sistem lempar atau sistem celup a. Karbit di jatuhkan kedalam air, berlangsunglah pembuatan asetilin. b. Gas asetilin yang terjadi naik dan berkumpul dalam ruang gas. c. Dari ruang gas, asetilin masuk ke kunci air siap untuk dipergunakan. Generator sistem tetes Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 37 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya 4.3. Regulator Las Asetilin 4. PEMBAKAR Pembakar las adalah : Alat untuk mencampur asetilin dan zatasam serta mengatur pengeluaran gas campuran tersebut ke mulut pembakar. 4.4. Pembakar Las Asetilin 5. SELANG LAS. Berfungsi sebagai saluran gas dari silinder atau generator ke pembakar. Warna selang las : Zat asam : hijau, biru, dan abu-abu Asetilin : merah ( warna terang ) 4.5. Slang Las Asetilin 6. KACA MATA LAS Kaca mata las berfungsi : a. Melindungi mata terhadap radiasi sinar ultraviolet dan inframerah. Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 40 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya b. Melindungi mata terhadap sinar yang tajam dan menyilaukan, agar dapat melihat benda kerja dengan baik. c. Melindungi mata terhadap bahaya percikan bunga api 4.6. Kaca mata Las Asetilin 7. KOREK API LAS Gunanya untuk menyalakan gas pada ujung pembakar waktu mulai mengelas 4.7. Korek Api Las Asetilin 4.3.Macam-Macam Busur Api asetelin. Macam-macam busur api las asetelin terdiri dari 3 macam : 1) Busur api netral Busur api merupakan hasil pembakaran oksigen dan asetilin dengan perbandingan kurang-lebih 1:1 2) Busur api karburasi Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 41 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya Nyala api dimana perbandingan gas asetilin lebih banyak dari gas oksigen 3) Busur api oksidasi Nyala api dimana perbandingan gas oksigen lebih banyak dari gas asetilin 4.7. Busur Api Las Asetilin 4.4 NYALA BALIK DAN NYALA LETUP. Nyala Balik. Adalah nyala api kembali kedalam pembakar atau pembakaran gas terjadi di dalam pembakar. Sebab-sebab terjadinya nyala balik : a. Tekanan kerja salah, tidak sesuai dengan mulut pembakar yang digunakan. b. Mulut pembakar, injektor atau pencampur longgar atau lepas sama sekali. c. Pembakar las kotor atau berminyak d. Selang las terkilir atau terputar,sehingga aliran las terganggu Nyala Letup. Sebab-sebab terjadinya nyala letup : a. Tekanan kerja asetilin terlalu kecil, tidak sesuai dengan mulut pembakar yang digunakan. b. Ujung pembakar terlalu panas karena terlalu lama dipakai Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 42 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya Zikzak Trapesium Gerakan Tali 4.13. Gerakan Kawat Las Latihan soal bab 4. 1. Jelaskan pengertian Las Asetilin ! Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 45 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya 2. Sebutkan dan jelaskan macam-macam busur api las! 3. Sebutkan dan Jelaskan kegunaan bagian peralatan las asetilin ! 4. Sebutkan dan Jelaskan penyebab nyala balik dan nyala letup dan bagaimana cara mengatasi terjadi nyala balik dan nyala letup ! BAB/TOPIK : BAB V /Kerja Plat Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 46 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya SUB BAB/TOPIK : - Pengertian Kerja Plat -Macam-macam Gunting, Pelubang, Palu, Mesin Kerja Plat. ALOKASI WAKTU : 2 Jam / Minggu SEMESTER : 1 (satu) Capaian Pembelajaran  Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian kerja plat  Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan macam-macam gunting plat.  Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan macam2 pelubang  Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan macam2 palu  Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mesin yang digunakan pada kerja plat  Mahasiswa mampu memahami dan membuat langkah2 serta menghitung dlm pembuatan pengerjaan benda. Deskripsi Kerja plat adalah proses pembuatan benda kerja menjadi benda jadi yang terbuat dari plat. Macam-macam peralatan dan mesin yang dipergunakan pada kerja plat ; gunting, palu, pelubang. Mesin yang digunakan ; mesin potong, mesin roll, mesin las titik, mesin tekuk dll. BAB V Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 47 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya 4.4. Gunting Ganda 5. Gunting Lengkung Sisi Potongnya melengkung. Digunakan untuk pemotongan lengkung atau berbentuk lingkaran. 4.5. Gunting Lengkung 6. Gunting Paruh Burung Digunakan untuk pemotongan yang berbentuk lingkaran yang berdiameter kecil. Sisi potongnya 50 mm, panjang keseluruhan 275 – 325mm, kapasitas pemotongan 0,8 mm. 4.6. Gunting Paruh Burung 7. Gunting Troyan Digunakan untuk pemotongan lurus dan lengkung, di buat dari baja tempa berkwalitas tinggi. Sisi potongnya cukup kecil yang memungkinkan untuk pemotongan tajam tanpa membengkokkan plat. Ukuran gunting sisi potong 50 mm, panjang seluruh 300 mm. Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 50 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya 4.7. Gunting Troyan 8. Gunting Dirgantara Mempunyai sisi potong 50 mm, panjang 250 mm. Sisi potong dibuat dari baja yang dikeraskan. Digunakan untuk pemotongan lurus, lengkung, lingkaran dan bentuk-bentuk tak beraturan. Gunting Dirgantara ada 3 macam : 1. Gunting Kanan Sisi potong disebelah kanan dan arah pemotongan sebelah kiri. 2. Gunting Lurus Bentuk sisi potong keduanya lurus, untuk menggunting arah lurus 3. Gunting Kiri Sisi potong atas sebelah kiri dan arah pemotongan ke kanan. 4.8. Gunting Dirgantara Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 51 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya 5.3 Macam-Macam Pelubang. Adalah alat untuk melubangi plat, alat ini dapat berupa bor atau pelubang tusuk ( punch ) Pelubang ada 3 macam : - Pelubang tusuk pejal - Pelubang tusuk berlubang - Pelubang tusuk bertangkai Pelubang tusuk pejal Pelubang tusuk pejal ada yang berbentuk bulat dan segi enam, terbuat dari baja yang dikeraskan. Kemampuan pelubang ini di bawah 0,5 mm, dengan diameter lubang 2,5 – 12,5 mm 4.9. Pelubang Tusuk Pejal Pelubang Tusuk Berlubang Digunakan untuk melubangi plat dengan diameter lubang 6 – 100 mm 4.10. Pelubang Tusuk Berlubang Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 52 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya a. Palu kayu Digunakan untuk meratakan 4.12. Palu Kayu b. Palu plastik Digunakan pada pelat lunak seperti alumunium atau tembaga dengan sedikit atau bahkan tidak ada bekas pukulan 4.12. Palu Plastik c. Palu kulit Digunakan pada pelat lunak yang agak tebal. Kulit yang digunakan berpegang erat pada bodi yang terbuat dari besi 4.12. Palu Kulit Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 55 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya 5.5 MESIN YANG DIGUNAKAN PADA KERJA PLAT Mesin potong injak Mesin yang digunakan untuk memotong pelat ukuran < 3,00 mm dengan cara di injak pada tuas penginjak 4.12. Mesin Potong Injak Mesin potong tuas Mesin yang digunakan untuk memotong pelat ukuran < 4,00mm dengan cara menarik tuas yang berada di samping mesin 4.12. Mesin Potong Tuas Mesin lipat Terbagi dua yaitu : Mesin lipat standar Digunakan untuk melipat pelat yang cukup panjang sesuai yang mampu dilipat olet mesin ini Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 56 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya 4.13. Mesin Lipat Standar Mesin lipat kotak Mesin ini digunakan untuk melipat pelat dengan ukuran tertentu 4.14. Mesin Lipat Kotak Mesin rolling Digunakan untuk mengerol atau membuat pelat menjadi melengkung 4.15. Mesin Rolling Mesin las titik digunakan untuk mengelas / menyambung pelat Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 57 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya Di las 14. Setelah itu buat engsel dari plat menggunakan mal dengan ukuran 5cm x 2,5cm dan bengkok kan besi behel untuk pegangan toolbox . 2cm 2,5cm 14cm 10,5cm 3,5cm 15. Setelah itu, las engsel dan besi behel menggunakan las titik dengan penutup toolbox sesuai ukurannya . engsel dan behel yang dilas 16 Tahap penyelesaian yakni warnai toolbox menggunakan cat pilox metalik bewarna biru k seluruh tubuhnya dengan rapi. Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 60 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya Latihan Soal Bab 4 1. Apa pengertian kerja plat ! 2. Sebutkan dan jelaskan macam-macam gunting gunting yang digunakan pada kerja plat ! 3. Sebutkan dan jelaskan macam-macam palu ! 4. Pada kerja plat kita mengenal 3 macam gunting dirgantara, jelaskan perbedaan ketiga gunting tersebut ! Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 61 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya BAB/TOPIK : VI/ Biaya Produksi SUB BAB/TOPIK : - Pengertian Biaya Produksi - Macam-Macam Biaya Produksi - Studi Kasus Perhitungan Biaya Produksi ALOKASI WAKTU : 2 Jam / Minggu SEMESTER : 1 (satu) Capaian Pembelajaran  Mahasiswa mampu memahami pengertian biaya produksi  Mahasiswa mampu memahami dan mengerti macam-macam biaya produksi  Mahasiswa mampu memahami dan mengerti merancang studi kasus biaya produksi Deskripsi Biaya produksi adalah sejumlah pengorbanan ekonomis yang harus dikorbankan untuk memproduksi suatu barang. Biaya produksi dapat meliputi unsur-unsur sebagai berikut: Bahan baku atau bahan dasar termasuk bahan setengah jadi , upah tenaga kerja, Penyusutan peralatan produksi, modal, sewa mesin dll. Ruang lingkup biaya produksi : biaya tetap, biaya variabel, biaya marginal, biaya rata- rata dll. Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 62 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya Besarnya biaya variabel total (TVC), jumlah seluruh biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan sejumlah produk. Untuk menghitung besar variabel total dapat menggunakan rumus berikut : Keterangan: TVC = Biaya variabel total VC = Biaya variabel per unit Q = Jumlah produksi. TVC = VC x Q Contoh : Suatu produksi dihasilkan sebanyak 400 unit, biaya variabel per unit Rp. 2.000,00. Berapakah biaya variabel total ?. Jawab : Diketahui VC = 2.000,00 dan Q = 400 unit TVC = VC x Q = 2.000 x 400 = 800.000 ttotal (Total Cost disingkat TC) : Biaya total adalah Seluruh biaya yang dikorbankan yang merupakan totalitas biaya tetap ditambah biaya variabel. Besarnya biaya total dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Contoh Produk sebanyak 800 unit memerlukan biaya tetap Rp. 250.000 dan biaya variabel per unit Rp. 4000, maka besarnya biaya total ?. Jawab : Diketahui TFC = 250.000 TVC = 800 x 4000 = 3.200.000 TC = TFC + TVC = 250.000 + 3.200.000 = 3.450.00 Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 65 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya Untuk memahami jenis-jenis biaya produksi coba Anda beri tanda cheklist (V) sesuai penggolongan biaya produksi yang benar pada tabel biaya produksi di bawah ini : 3. Biaya Rata-rata Berdasarkan perhitungan rata-rata, kita mengenal empat macam konsep biaya sebagai berikut : a. Biaya tetap rata-rata (Average Fixed Cost atau AFC) : Biaya tetap rata-rata adalah biaya tetap yang dibebankan pada tiap produk atau produk per unit yang dihasilkan. AFC dapat dihitung dengan cara membagi TFC dengan Q, jika dirumuskan sebagai berikut: Keterangan: AFC = biaya tetap rata-rata TFC = Biaya tetap total Q = Jumlah produk Karena TFC dalam periode waktu tertentu tetap, maka semakin besar Q, AFC nya semakin kecil. b. Biaya variabel rata-rata (Average Variable Cost atau AFC) : Biaya variabel rata-rata adalah b iaya variabel yang dibebankan pada tiap unit produk yang dihasilkan. AVC dapat dihitung dengan cara membagi TVC dengan Q, jika dirumuskan: Keterangan: AVC = biaya variabel rata-rata TFC = Biaya variabel total Q = Jumlah produk Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 66 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya c. Biaya rata-rata (Average Cost atau AC) : Biaya rata-rata adalah biaya produksi per unit produk yang dihasilkan. AC dapat dihitung dengan cara TC dibagi Q, jika dirumuskan: Keterangan: AC = biaya rata-rata TC = Biaya total Q = Jumlah produk d. Biaya marginal (Marginal Cost atau MC) : Biaya marginal adalah biaya tambahan yang diperlukan untuk satu unit produk yang dihasilkan. Munculnya MC diakibatkan adanya perluasan produksi yang dilakukan perusahaan dalam rangka menambah jumlah produk yang dihasilkan. MC dapat dihitung dengan cara tambahan TC (TC) dibagi tambahan produk (Q), jika dirumuskan: Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 67 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya Keterangan: Kurva TVC menunjukkan kenaikan sejalan dengan penambahan jumlah produksi Tabel Biaya Total dan Biaya Rata-rata beserta Grafik Perhatikan tabel biaya produksi di bawah ini Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 70 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya Keterangan : Kurva TC menunjukkan kenaikan sejalan kenaikan jumlah produksi. TC pada produk sama dengan nol (Q = 0) jumlah TC = TFC. Keterangan: Kurva AC mempunyai bentuk lengkung adanya kecenderungan naik turun. Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 71 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya STUDI KASUS: PERHITUNGAN WAKTU PERMESINAN DAN BIAYA PRODUKSI 1. Perhitungan Waktu Permesinan Pada perencanaan ini, perencana mencantumkan satu contoh perhitungan waktu pengerjaan pada mesin milling, mesin bubut, dan mesin gerinda. 1.1 Pengerjaan dengan mesin milling Adapun contoh dari pengerjaan mesin milling diambil pelat atas dengan data-data sebagai berikut : Material : ST 42 Ukuran mentah : 535 x 262 x 29 Ukuran jadi : 530 x 257 x 24 Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 72 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya = 10,17 menit. Pengerjaan pada bidang B : Pengerjaan Kasar a = 4 mm b = 29 mm l = 568,5 mm Vc= 35 mm/menit Sr= 1 mm Z = 10 n = xd xvc  1000 = 6314,3 351000 x x = 177 rpm S = n . sr . z = 177 . 1 . 10 = 1770 mm/menit Tmk = S L = 1770 5,568 = 0,321 menit Karna tebal pemakanan 0,5 mm maka untuk ke dua sisi adalah : 1 x 4 x 0,321 = 1,3 menit. Pengerjaan Halus : A = 1 mm B = 29 mm L = 568,5 mm Vc = 60 mm/menit Sr = 0,5 mm n = d vc . .1000  = 6314,3 601000 X X = 303 rpm S = n . sr . z =303 . 0,5 . 10 Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 75 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya =1515 mm/menit Tm = s L = 1515 5,568 = 0,375menit Karena tebal pemakanan 0,5 mm maka untuk 2 sisi adalah : 2 x 1 x 0,375 = 0,75 menit.Jadi waktu total pengerjaan dalam pengurangan lebar pelat atas dari 262 mm menjadi 257mm adalah : TM tot= Tmk + Tmf = 1,3 + 0,75 = 2,05 menit. Pengerjaan pada bidang C Pengerjaan Kasar : A = 4 mm B = 24 mm l = 257 mm Vc = 35 mm/menit Sr = 1 mm L = l + 2 2  d = 257 + 2 2 63  = 290,5 mm n = xd xvc  1000 = 6314,3 351000 x x = 177 rpm S = n . sr . z = 177 . 1 . 10 = 1770 mm/menit Tmk = S L Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 76 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya = 1770 5,290 = 0,17 menit Karena dilkukan pada kedua sisi dengan kedalaman 4 mm jadi untuk pengerjaan kasar pada bagian ini adalah : 0,17 x 4 = 0,68 menit. Pengerjaan halus : A = 0,5 mm B = 24 mm L = 290,5 mm Vc = 60 mm/menit Sr = 0,5 mm n = d vc . .1000  = 6314,3 601000 X X = 303 rpm S = n . sr . z =303 . 0,5 . 10 =1515 mm/menit Tm = s L = 1515 5,290 = 0,20 menit Karena tebal pemakanan 0,5 mm untuk satu sisi jadi TMB = 0,20 x 2 = 0,40 menit. Jadi waktu total untuk pengurangan lebar dari 535 menjadi 530 adalah: TM = TMK + TMF = 0,68 + 0,40 = 1,80 menit Jadi total pengerjaan pelat atas pada mesin milling adalah : TM tot = TMA + TMB + TMC = 10,17 + 2,05 + 1,8 Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 77 10 160 Ø 25 2 x 45° 3 x 45° Ø 40 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya = 1,10 menit. Tabel Total waktu pengerjaan dengan mesin gerinda No Nama Bagian T.Set (menit) T.Peng (menit) T.pengerjaan (menit) T.total (menit) 1 Pelat Atas 10 5 4,52 19,52 2 Pelat Bawah 10 5 4,52 19,52 3 Punch holder 10 5 1,10 16,10 4 Pelat Penetrasi 10 5 1,10 16,10 5 Pelat stripers 10 5 1,10 16,10 6 Dies 10 5 1,10 16,10 7 Punch 1 10 5 0,82 15,82 8 Punch 6 10 5 0,35 15,28 Total waktu pengerjaan dengan mesin gerinda 193,32 2. Pengerjaan Mesin Bubut Untuk contoh perhitungan waktu pengerjaan pada mesin bubut yaitu : proses pengerjaan pillar. Pembubutan pillar material ST.42 Ukuran Ø42 x 162 akan dibuat menjadi ukuran sperti pada gambar di bawah ini. Gambar Pengerjaan Dengan Mesin Bubut Pada Pillar Dimana : n = Putaran mesin ( rpm ) Vc = Kecepatan Potong ( mm/menit ) d = Diameter benda kerja ( mm ) Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 80 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya Tm = Waktu pengerjaan ( menit ) r = Jari-jari benda kerja ( mm ) Sr = Kedalaman pemakanan ( mm/put ) A.Pembubutan permukaan dari 162mm menjadi 160 mm. Tm = Srxn r N = xd xVc  1000 = 4214,3 201000 x x = 131,8Rpm Tmf = Srxn r = 88,1315,0 21 x = 0,16 menit Karena tebal kedua bagian yang akan di bubut 2 mm maka total waktu pengerjaan permukaan adalah : Tmf = 2 x 0,16 = 0,32 menit. B. Pembubutan memanjang dari Ø 42 menjadi Ø 40 adalah : n = xd xVc  1000 = 4214,3 201000 x x = 131,8 rpm Tm1= Srxn L = 8,1315,0 160 x = 2,42 menit Karena tebal pemakanan yang akan di bubut 2 mm maka total waktu pemakanan dalam pengerjaan adalah : Tm1 = 2 x 2,42 = 4,84 menit. C. Pembubutan memanjang dari Ø 40 menjadi Ø 25 adalah : n = xd xvc  1000 Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 81 P A Q B T R C S N D ME U L F K 0,01 0,01 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya = 4014,3 201000 x x = 125,6 rpm Tm2= Srxn L = 6,1255,0 160 x = 1,3 menit Tebal pemakanan yang akan dibubut 15 mm maka total waktu pengerjan adalah : Tm2 = 15 x 1,3 = 19,5 menit. Jadi waktu total yang dibutuhkan untuk pembubutan pillar yaitu : TMtotal = Tmf + TM1 + TM2 = 0,32 + 4,84 + 19,5 = 24,66 menit Tabel total waktu pengerjaan pada mesin bubut N o Nama Bagian T.Set (menit) T.Pengukuran (menit) T.pengerjaan (menit) jmh T.Tot (menit) 1 Pillar 15 5 24,66 4 178,.64 2 Bush 15 5 6,25 4 105 3 Shank 20 15 25,32 1 60,32 4 Punch 2÷5 15 10 7,25 4 129,0 Total waktu pengerjaan dengan mesin gerinda 472,96 Pengerjaan Dengan Mesin Bor Sebagai contoh pengrjaan dengan mesin bor diambil pelat penetrasi dan bahan yang digunakan ST 42. Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 82 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya W = V x ρ Dimana : W = Berat Bahan ( kg ) V = Volume Bahan ( mm³ )  = Massa jenis bahan ( kg/mm³ ) Menghitung volume bentuk balok yaitu : V = l x b x h Dimana : V = Volume Balok ( mm³ ) l = Panjang ( mm ) b = Lebar ( mm ) h = Tinggi Menghitung volume bentuk silinder : V = xhxd 2 4  Dimana : V = Volume silinder D = Diameter ( mm ) h = Tinggi ( mm ) Sedangkan untuk mengetahui harga material dapat ditentukan dengan menggunakan rumus : TH = HS x W Dimana : TH = Total harga per material ( Rupiah ) HS = Harga satuan W = Berat Material ( kg ) Disini perencana mengambil contoh perhitungan untuk harga pelat atas dan perhitungan pillar. A. Pelat Atas Bahan = ST 60 Ukuran = 535 x 262 x 29 Harga per kg = Rp.12.500,- Berat jenis = 7850.10-9 kg/mm³ W = V x ρ Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 85 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya = 535 x 262 x 29x 7850.10-9 = 31,9 kg TH = RP.12.500 x 31,9 kg = RP.398.871,- B. Pillar Bahan = ST 42 Ukuran = θ 42 x 162 mm Harga per kg = RP.9000,- Berat jenis = 7850.10-9 kg/mm³ W = V x ρ = (π/4 ( 42)2 ) x 162 x 7850.10-9 = 1,7 kg TH = RP.9000 x 1,7 kg = RP.15,300,- Dalam perencanaan ini pillar yang digunakan sebanyak 4 buah maka total baiaya dalam pembelian material adalah : 4 x 15.300 = 61.200 rupiah. Tabel Biaya Material N O Nama Bagian Bahan Ukuran (mm) Berat (kg) jlh Harga / (kg) Total Harga(Rp) 1 Shank ST 42 107 X Ǿ52 1,7 1 9000 15.300 2 Pelat Atas ST 60 535 X262 X 29 31,9 1 9000 287.100 3 Pelat penetrasi ST 42 340 X 162 X 10 4,32 1 9000 38.880 4 Punch holder ST 42 340 X 162 X 20 8,64 1 9000 77.760 5 Punch 1 Amutits 95 X90 X 35 2,35 1 25000 58.750 6 Punch 2÷5 Amutits 90 X Ǿ21 0,24 4 25000 24.000 7 Punch 6 Amutits 90 X 95 X 52 3,4 1 25000 85.000 10 Pelat stripers ST42 340 X 95 X 25 10,8 1 9000 97.200 11 Dies Amutits 340 X 162 X35 15,1 1 25000 377.500 12 Pelat Bawah ST 60 535 X262 X 29 31,9 1 9000 287.100 13 Pillar ST 42 162 X Ǿ42 1,76 4 9000 63.360 14 Bush Kuningan 29 X Ǿ52 0,48 4 45000 180.000 15 Pegas Stripper Standard  6 30000 120.000 16 Baut pengikat Standard M10  16 2500 40.000 17 Pin penepat Standar 60 X Ǿ5  4 10000 40.000 JUMLAH TOTAL HARGA MATERIAL 1.791.950,- Biaya Sewa Mesin Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 86 BUKU AJAR TEKNOLOGI MEKANIK II Politeknik Negeri Sriwijaya Penulis tidak membuat perhitungan sewa mesin secara detail, tetapi penulis mencantumkan hasil perhitungan berdasarkan harga sewa mesin yang penulis dapat dari lapangan dalam hal ini sumber yang penulis ambil yaitu CV.CEVY SHINTONG yang ada di Prabumulih. BM = Biaya Sewa Mesin ( rupiah ) Tm = Waktu permesinan ( Menit ) B = Harga sewa mesin / jam ( Rupiah ) Tabel Biaya permesinan No Mesin TM ( jam ) B ( Rupiah ) Harga 1 milling 5,21 40.000 208.400,00,- 2 Bor 3,43 35.000 120.050,00,- 3 bubut 7,88 50.000 394.000,00,- 4 Gerinda 3,22 35.000 112.700,00,- Total Biaya Permesinan Rp.835.150,00,- Biaya perencanaan ( Biaya Tak Terduga ) Dalam perencanaan initermasuk biaya perawatan alat-alat yang dikeluarkan selama proses pembuatan press tool, biaya tak terduga diambil 15 % dari biaya material dan sewa mesin, jadi biaya tak terduga adalah : = 15 % ( biaya material + biaya sewa mesin ) = 15 % ( 1.791.950 + 835.150 ) = 15 % x 2.627.100 = Rp. 394.065,00,- Jadi total biaya produksi progressive tool untuk memproduksi kotak meteran listrik ini adalah : = Biaya material + Biaya sewa mesin + Biaya tak terduga = 1.791.950 + 835.150 + 394.065 = Rp. 3.021.165,00,- Keuntungan Dalam perencanaan ini keuntungan diambil 25 % dari biaya produksi, jadi keuntungan yang didapat yaitu : = 25 % x biaya produksi = 25 % 3.021.165,00,- = Rp. 755.291,00,- 3.2.3 Harga Jual Harga jual press tool dihitung berdasarkan jumlah biaya antara lain : Fenoria Putri, ST., MT| Teknologi Mekanik II 87
Docsity logo



Copyright © 2024 Ladybird Srl - Via Leonardo da Vinci 16, 10126, Torino, Italy - VAT 10816460017 - All rights reserved