Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

worker law for degrees an educational purposes, Study Guides, Projects, Research of Law

a thesis for an educational purposes

Typology: Study Guides, Projects, Research

2019/2020

Available from 03/10/2023

reza-fajrian
reza-fajrian 🇮🇩

2 documents

1 / 15

Toggle sidebar

Related documents


Partial preview of the text

Download worker law for degrees an educational purposes and more Study Guides, Projects, Research Law in PDF only on Docsity! HUKUM KETENAGAKERJAAN ( Tanggung Jawab Sosial Perusahaan “NESTLE” ) M A K A L A H Mata Kuliah : Hukum Ketenagakerjaan Dosen : Masitah Pohan, Dr.,S.H., M.Hum. Disusun Oleh : Ziana Sintya 1806200464 Program Studi : Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN T.A. 2018/2019 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-nya,yang karena bimbingannyalah saya bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul “TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN “NESTLE””. Saya mengucapkan terimakasih kepada Ibuk selaku dosen mata kuliah Hukum Ketenagakerjaan. Semoga makalah ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang saya susun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini pada waktu yang akan datang. Medan, 21 April 2020 Ziana Sintya meski keduanya mempunyai landasan yang sama yaitu doing well by doing good. Perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa CSR berbicara tentang responsibility, sedangkan CSV sudah menapak pada penciptaan nilai bersama atau creating value. CSV adalah transformasi atau pengembangan dari CSR. Di Indonesia, penerapan konsep CSV sudah dilakukan oleh beberapa perusahaan. Sebagai contoh yaitu PT. Unilever Indonesia melakukan kemitraan dengan petani kecil dalam meningkatkan produktivitas budidaya kedelai hitam demi meningkatkan penghidupan petani. Kedelai hitam adalah salah satu bahan dasar utama dalam produk kecap yang dipasarkan dengan merek Bango. Unilever telah mengembangkan Unilever Sustainable Agriculture Code (USAC) sebagai prinsip pertanian berkerlanjutan. Produksi total kedelai hitam di tahun 2013 dan 2014 mencapai 1.101 (seribu seratus satu) ton dengan melibatkan 5.894 (lima ribu delapan ratus sembilan puluh empat) petani. Contoh lain adalah program dari Badak LNG, perusahaan pengolahan gas alam cair di Bontang Kalimantan Timur untuk meningkatkan kapasitas anggota Ikatan Welder Bontang (IWB) melalui program sertifikasi dan pembuatan workshop atau bengkel las di Bontang. Tujuannya meningkatkan kapasitas tukang las (welder) di kota Bontang, keberlangsungan operasi perusahaan dan kesejahteraan hidup para welder di Bontang. Perusahaan bekerja sama dengan Dirjen Migas dalam mengadakan dan menyediakan pelatihan untuk sertifikasi Migas bagi para welder. Di Lampung terdapat PT. Nestle Indonesia Panjang Factory (Nestle) yang sudah menerapkan konsep CSV. Perusahaan yang berdiri pada tahun 1978 ini khusus memproduksi kopi instan Nescafe dengan berbagai macam variasi rasanya. CSV dijadikan sebagai kebijakan dalam rangka meningkatkan daya saing perusahaan sekaligus memajukan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat di mana perusahaan tersebut melaksanakan kegiatan usahanya. Nestle menjalin kerja sama dengan para petani kopi di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung sejak awal 1994. Nestle telah membina petani di daerah tersebut, hingga dapat maju dan berkembang, dan mampu bersaing dengan daerah lain. Kopi yang menjadi komoditas unggulan Kabupaten Tanggamus adalah Kopi Robusta, dengan hasil produksinya mencapai 32.000 (tiga puluh dua ribu) ton/tahun. Program pembinaan dilakukan secara berkelanjutan dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan hasil produksi kopi di daerah tersebut, mampu menghasilkan kopi yang berkualitas tinggi, memberikan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan dan juga meningkatkan kesejahteraan para petani di kabupaten tersebut. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka berikut adalah rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut : a. Bagaimana karakteristik konsep CSV sebagai program CSR Nestle? b. Bagaimana implementasi konsep CSV sebagai program CSR Nestle dalam upaya peningkatan kesejahteraan stakeholder? 3. Tujuan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif empiris yang meneliti melalui bahan hukum primer, sekunder dan tertier yang sesuai dengan objek penelitian. Penelitian ini meneliti dan mengkaji mengenai implementasi ketentuan hukum normatif (kodifikasi, undang-undang) secara in-action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam implementasi konsep CSV sebagai program CSR Nestle dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani kopi di Kabupaten Tanggamus dan Lampung Barat. BAB II PEMBAHASAN 1. Karakteristik Konsep CSV sebagai Program CSR Nestle CSV adalah sebuah konsep dalam strategi bisnis yang menekankan pentingnya memasukkan masalah dan kebutuhan sosial dalam perancangan strategi perusahaan. CSV merupakan pengembangan dari konsep tanggung jawab sosial perusahaan CSR. Di Provinsi Lampung, perusahaan yang menerapkan konsep CSV sebagai program CSR-nya adalah Nestle. Nestle telah menjadi perusahaan yang berpedoman terhadap peraturan yang berlaku di Indonesia. Pelaksanaan CSV sebagai sebuah tanggung jawab sosial didasarkan pada Pasal 74 ayat (1) UUPT yaitu Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Nestle melaksanakan CSV juga dengan cara menyelaraskan akan kebutuhan dan juga agenda pemerintah daerah. Kebutuhan pemerintah seperti yang tertuang pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Lampung. Perusahaan-perusahaan memiliki karakteristik dan cara tersendiri dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya, begitupun dengan Nestle. Nestle memiliki karakteristik dalam proses implementasi CSV-nya, sebagai berikut : a. Pemberdayaan Nestle melakukan pemberdayaan terhadap petani kopi untuk menghasilkan kualitas dan produktivitas kopi yang lebih baik. Pemberdayaan tersebut berfokus pada pembinaan petani kopi dimana telah memberikan keahlian terhadap petani kopi dalam mengelola perkebunan kopinya masing- masing. Pemberdayaan dimulai dengan pembentukan Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang terdiri dari 100 (seratus) sampai 1000 (seribu) petani kopi dalam satu KUB. Kemudian dilakukannya pelatihan terhadap petani kopi melalui aktivitas yang disebut sebagai Sekolah Lapang. Sekolah Lapang tersebut menjadi wadah untuk para petani kopi untuk mendapatkan pelatihan khusus dalam upaya meningkatkan produktivitas dan kualitas kopi. b. Kemitraan Kemitraan yang dilakukan oleh Nestle dengan petani kopi telah memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan petani kopi, terutama dari segi ekonomi di Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung Barat. Kemitraan yang dilaksanakan tersebut memiliki ciri khas tersendiri, sebagai berikut : 2. Implementasi Konsep CSV sebagai Program CSR Nestle dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Stakeholder Dalam menerapkan CSV sebagai program CSR-nya tersebut, Nestle berpedoman pada peraturan-peraturan terkait, baik daerah maupun nasional. Pengaturan CSR terdapat dalam Pasal 74 UUPT. Pasal 74 ayat (1) menyebutkan bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya manusia alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Dalam penjelasan Pasal 74 dengan tegas disebutkan bahwa menjadi sebuah kewajiban pelaksanaan CSR bagi perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam ini tidak hanya melihat pada bisnis ini (core bussiness). Nestle memiliki langkah-langkah tertentu dalam melakukan kemitraan dan pembinaan terhadap petani kopi, yaitu sebagai berikut : a. Pembentukan KUB Dalam menerapkan CSV, Nestle bermitra dengan petani kopi yang ada di Tanggamus dan Lampung Barat. Di daerah Tanggamus sudah dimulai sejak Tahun 1990 dan saat ini memiliki 9 KUB dengan jumlah total terdapat 16.000 petani kopi yang tergabung. Sedangkan di Lampung Barat baru dimulai sejak tahun 2014 dan saat ini terdapat 1 KUB yang terdiri dari kurang lebih 1500 petani kopi. b. Pelatihan dan Monitoring Dalam bermitra, Nestle memiliki Tim Khusus yang mendampingi proses pembinaan berupa pelatihan dan monitoring petani kopi dari awal hingga akhir pengelolaan perkebunan kopi. Tim tersebut adalah Tim Agriservice, yang memiliki 3 tugas utama, antara lain : 1) Program Sertifikasi 4C (Common Code for the Coffee Community) Program ini berfokus untuk melakukan pembinaan terhadap petani agar mendapat sertifikasi 4C, yaitu sertifikasi internasional dan sudah diakui di seluruh dunia. Salah satu untuk mendapatkan sertifikasi 4C adalah dengan mengaudit lahan yang digunakan oleh petani kopi, misalnya bukan lahan konservasi, hutan lindung, ataupun lahan register. Setelah mendapatkan sertifikasi 4C, maka harga kopi akan menjadi lebih tinggi atau premi. Harga kopi per kilo akan meningkat senilai Rp. 500,- (lima ratus rupiah). Penjualan kopi tersebut biasanya dicatat terlebih dahulu dan dibayarkan akhir tahun oleh Nestle. 2) Program Nursery (Perawatan dan Pembibitan) Pada kegiatan ini, Nestle berfokus pada melakukan pembinaan dan menyediakan bibit kopi yang berkualitas, yang memiliki hasil panen yang lebih baik dan usia panen yang lebih pendek, bahkan memiliki daya tahan yang kuat terhadap hama. 3) Program Sekolah Lapang Pada program ini, para petani akan mendapatkan pelatihan dan pendampingan yang dilakukan secara komprehensif. Mulai dari peremajaan kebun dalam bentuk pemberian bibit kopi kepada para petani, akses teknologi budidaya, pemberian sarana paska panen, serta akses ke pasar dan perbankan. Nestle melakukan pembinaan kepada petani berupa Sekolah Lapang ini, dimana petani dibimbing oleh petani ahli yang telah mendapatkan pelatihan khusus oleh lembaga sertifikasi atau yang disebut Petani Internal Control System (ICS). ICS akan melakukan monitoring terhadap KUB setiap satu bulan sekali. Sekolah Lapang diberikan kepada petani secara rutin, yaitu enam kali pertemuan dengan enam modul pelatihan dalam setahun, artinya komitmen Nestle untuk melakukan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan sangatlah tinggi dan berkesinambungan. c. Evaluasi Sebelum menerapkan konsep CSV, Nestle memasok kopi dari Tanggamus dan Lampung Selatan. Dahulu, petani kopi memiliki kualitas kopi yang sangat rendah dan juga harga yang tidak kompetitif. Kopi pun biasanya dijual ke penampung, penampung ke tengkulak, sehingga harga kopi yang diambil dari petani sangat rendah. Namun saat ini, petani kopi bisa langsung menjual ke Nestle dengan standar harga internasional dimana petani kopi juga bisa meangakses harga kopi secara online. Saat ini, harga yang ditawarkan Nestle ke petani kopi sebesar Rp. 23.000,- (dua puluh tiga ribu rupiah) sampai Rp.24.000,- (dua puluh empat ribu rupiah). Setiap akhir tahun Nestle akan melakukan evaluasi mengenai program CSV berupa audit terhadap kualitas dan kelayakan kopi. 19 Nestle pun memiliki kriteria kopi yang layak untuk diproduksi, yaitu : a. Defect merupakan keadaan kopi dimana sudah tidak sempurna lagi bentuk fisiknya. Nestle tidak menerima kopi dengan kondisi cacat, seperti gosong, pecah, dan tidak berisi. b. Humidity merupakan kualitas kelembaban kopi di mana kopi hanya diterima dengan tingkat kelembaban kopi berkisar dari 1% (satu persen) sampai 3% (tiga persen) dalam 1 (satu) lot. c. Foreign Body merupakan benda asing yang terdapat dalam kopi. Kopi harus bersih dari benda asing seperti daun, kerikil, batu, pasir, kayu, dan benda asing lainnya. d. Cup Taste merupakan sebuah rasa dan aroma dari kopi. Kopi harus memiliki rasa yang original atau alami, tanpa ada campuran rasa lain atau dari benda asing lainnya. Evalusi dilakukan untuk melihat keberhasilan CSV yang dilaksanakan oleh Nestle, dimana akan ada audit mengenai kualitas kopi yang nantinya akan digunakan untuk Sertifikasi 4C. Jika terdapat KUB yang sudah mendapatkan sertifikasi 4C, namun pada saat dilaksanakan audit berikutnya ternyata kualitas kopi tidak memenuhi standar 4C lagi, maka sertifikasi tersebut akan dicabut oleh Tim Sertifikasi 4C.
Docsity logo



Copyright © 2024 Ladybird Srl - Via Leonardo da Vinci 16, 10126, Torino, Italy - VAT 10816460017 - All rights reserved